Pacaran Sehat bukan berarti pacaran
sambil minum jus sayur dan berolahraga di gym. Tapi, pacaran sehat adalah
pacaran yang membawa manfaat bagi para pelakunya. Sedangkan pacaran sakit
adalah kebalikannya, yaitu malah membawa masalah pada pelakunya. Jadi, setiap
remaja seharus mengikuti gaya pacaran sehat.
Tapi, apakah gaya pacaran sehat itu selalu bagus? Apakah gaya pacaran sakit
tidak membawa efek positif sama sekali??? Nah, itulah yang akan saya bahas pada
postingan kali ini.
Sepertinya, pacaran di kalangan remaja sudah menjadi sebuah rahasia umum yang
diketahui banyak orang. Tapi, gaya pacaran remaja sekarang ini sudah banyak
yang menjerumus ke gaya pacaran orang barat yang sangat rentan dengan hal-hal
berbau S3X. Hal ini tidak lepas dari merosotnya moral para remaja dan hal-hal
lain yang terkait.
Lalu, bagaimana dengan gaya pacaran sakit???
Gaya pacaran sakit sudah bisa ditebak akan sangat merugikan. Mulai dari
kerugian material, misalnnya karena setiap pacaran/kencan selalu ke bioskop, ke
mall atau ke tempat-tempat mahal, uang jajan pun habis begitu saja. Dan yang
lebih parah adalah kerugian imaterial seperti kehamilan di luar nikah.
Tapi, justru pacaran sakit itu membawa kesenangan lebih pada pelakunya. Hal itu
bisa sangat berpengaruh pada mental pelaku karena tidak merasakan stress.
(tidak selalu seperti itu).
Kalau begitu, gaya pacaran mana yang lebih baik??? Jawabannya tidak ada!!! Gaya
pacaran sehat hanya akan membawa kebosanan yang pada akhirnya menghasilkan
kePUTUSan serta membawa sakit hati, sedangkan gaya pacaran sakit hanya membawa
kesengsaraan.
Jadi, remaja tidak boleh pacaran??? Siapa bilang?!
Remaja boleh berpacaran, kalau tidak pacaran maka tidak akan nikah, kalau tidak
nikah maka tidak kawin, kalau tidak kawin maka populasi manusia bisa berkurang.
Intinya, gaya pacaran remaja haruslah KREATIF. Maksudnya, membuat gaya pacaran
yang sehat, menguntungkan, bermanfaat, mengasyikan tapi tetap berpegang pada
norma dan agama.Asalkan tidak melakukan hal yang neko-neko, maka tidak ada salahnya
berpacaran.
Pacaran yang sehat sebenarnya mudah saja, kita hanya
perlu tetap menjaga jarak dan batasan-batasan dengan si dia. Pacaran sehat sama
saja seperti berteman, tapi kita mendapat dan memberikan perhatian serta kasih
sayang lebih pada si dia. Biasanya, orang yang memiliki akhlak mulia pasti
memilih gaya pacaran sehat.
Sayangnya, salah satu kelemahan gaya pacaran sehat adalah sifatnya yang
dianggap monoton (itu-itu saja) dan tidak ada tantangannya. Padahal, jiwa para
remaja adalah suka mencari hal-hal baru yang menantang mereka. Dan hal yang
menantang itu cenderung bisa melanggar norma dan aturan.
Jika tak ingin pacaran tak sehat terjadi pada dirimu maka beberapa hal
yang perlu kalian resapi dan pertimbangkan diantaranya:
- Kasih sayang, setia
- Jangan melakukan tindakan kekerasan
- Luangkan waktu untuk bergaul dengan teman-teman
- Jangan sakiti perasaan pasangan; jangan cemburu yang berlebih
- Jangan menghabiskan waktu seharian berdua saja apalagi di tempat-tempat sepi
- Lakukan kegiatan-kegiatan positif bersama seperti belajar, berolahraga, dan
sembahyang –bersama
- Hindari buku-buku, majalah, gambar-gambar, video yang isinya seputar seks.
Karena sekali dan sekilas saja kita melihat gambar, video atau cerita seks
tersebut bakal ‘terekam tak pernah mati’ di pikiran dan akan timbul keinginan
untuk mengulangi ataupun mempraktekkannya
- Pengendalian diri untuk tidak berbuat diluar batas ketika sedang kontak fisik
dengan pasangan
- Jangan pernah mengatasnamakan hubungan seks sebagai bukti cinta kalian (cinta
tak sama dengan seks).
Untuk menjaga hubungan pacaran kalian menjadi tetap awet dan aman kita harus
punya prinsip. Artinya, segala sesuatu yang akan kita lakukan ada dasar dan
jelas tujuannya. Dalam pacaran, bukan tak mungkin kita menemukan perbedaan
prinsip, beda batasan tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan. Hal
tersebut wajar saja, asalkan bisa tetap saling menghargai. Tiap orang punya hak
untuk bicara terbuka termasuk mengungkapkan prinsip masing-masing. Sikap saling
pengertian sangat diperlukan dalm proses ini. Mengungkapkan prinsip yang kita
pegang akan berpengaruh pada penerimaan orang lain. Maksud dan keinginan kita
akan sulit diterima dan dimengerti orang lain kalau kita tak bisa
mengkomunikasikannya dengan baik